*GARUT, Garut Kota* - Di tengah arus globalisasi, keberadaan batik sebagai warisan budaya Indonesia terus menjaga keasliannya. Kampung Paledang, di Kabupaten Garut, menjadi saksi bisu keberlanjutan batik tulis Garutan yang kokoh dan berdaya saing.
Pada masa kejayaannya antara tahun 1967 hingga 1985, batik tulis Garutan mencapai puncak popularitasnya. Namun, di tengah perubahan zaman, Kampung Paledang tetap menjadi basis bagi perajin batik tulis Garutan yang gigih mempertahankan tradisi ini.
Kegigihannya membuahkan hasil. Kampung Paledang kini diakui sebagai salah satu pusat batik Garutan dengan identitas yang kuat, ditandai dengan kokohnya gapura bertuliskan Kampung Batik Paledang dan tugu canting raksasa menguatkan _landmark_ kawasan.
Ria Apriani (42), salah satu perajin batik tulis Garutan, adalah contoh nyata ketekunan dalam menjaga tradisi ini. Sejak muda, Ria telah menekuni seni membatik dan kini sukses menjalankan usaha Batik Ceuria-nya.
Meskipun memakan waktu antara 2 minggu hingga 1 bulan untuk membuat satu karya batik tulis, Ria terus berupaya menghasilkan karya berkualitas tinggi yang diminati tidak hanya oleh masyarakat lokal, tetapi juga dari luar daerah.
“Kadang kita nulisnya itu gugup gitu, jadi butuh ketenangan gitu, makanya Ibu kalau membatik itu enak malam, jadi kan udara dingin, suasana sepi gitu kan, jadi enak membatik itu gitu," ujar Ria ditemui di kediamannya.
Selain menjaga motif-motif khas Garutan, Ria juga menerima pesanan motif _custom_ sesuai keinginan pelanggan, menjadikan karyanya memiliki ciri khas tersendiri.
Tantangan tidak hanya terletak pada proses pembuatan, tetapi juga dalam pemenuhan bahan baku. Namun, dengan tekad yang kuat, Ria dan perajin lainnya tetap mampu menghasilkan batik tulis Garutan yang berkualitas tinggi.
"Jadi kalau motif-motif pelanggan kadang macam-macam, kaya ke ibu kan ada yang pesan pengen gambar harley kah, pedang kah, harimau kah, kayak gitu kan, itu kan bukan batik khas Garutan, tapi Ibu kan pingin memuaskan pelanggan, (sama) Ibu dikerjakan sesuai pesanan gitu," ucap Ria.
Ria menjelaskan bahwa dalam pembuatan satu batik, dibutuhkan modal sekitar Rp700 ribu, dengan harga jual berkisar di angka Rp1.200.000. Harga tersebut juga tergantung pada motif yang dibuat, semakin rumit motifnya, semakin mahal harganya.
Dalam upaya diversifikasi produk, Ria tidak hanya menyediakan kain batik tulis Garutan, tetapi juga pakaian batik jadi dan hiasan dinding dari batik tulis Garutan, menjadikannya sebagai pilihan souvenir khas Kabupaten Garut.
"(Untuk penjualan) yang langsung pesan ke rumah ada, terus dari mulut ke mulut juga ada, terus Ibu jualan _online_ juga ada di IG gitu sama di Facebook," imbuhnya.
Sementara itu, Kampung Batik Paledang juga didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Garut dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kabupaten Garut, sebagai upaya untuk mempopulerkan batik tulis Garutan.
Ketua RW 11 Kelurahan Kota Kulon Kecamatan Garut Kota, Anting Irawan, menjelaskan bahwa Kampung Batik Paledang memiliki sekitar 40 pembatik aktif. Dukungan pemerintah meliputi studi banding ke daerah lain dan sertifikasi profesi keahlian membatik bagi para perajin batik.
"Jadi kenapa dibikin Kampung Batik, karena di sini memang perajin batik sangat banyak, batik tulis ini sangat unik, antik ya, dan nilai seninya luhur luar biasa, ini karya warisan budaya bangsa," katanya.
Penjabat Bupati Garut, Barnas Adjidin, menegaskan pentingnya pengembangan batik tulis Garutan dan mewajibkan pegawai di lingkungan Pemkab Garut untuk memakai batik tulis Garutan setiap hari Jum'at.
Sebagai warisan budaya yang tak lekang oleh waktu, Penjabat Bupati Garut, Barnas Adjidin, menyatakan pentingnya pengembangan dan pemajuan batik tulis Garutan.
Menurutnya, batik tulis Garutan memiliki kualitas yang tak kalah dengan batik-batik lain di Indonesia. Namun, untuk menonjolkan keunikan batik Garutan, diperlukan kebijakan yang tepat. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Garut mewajibkan pegawai di lingkungan Pemkab Garut untuk memakai batik tulis Garutan setiap hari Jumat.
"Wajib itu nggak bisa nggak, pasti punya lah, yang misalnya sudah kusam udah beli lah sini (Kampung Batik Paledang), biar meningkat gitu, jadi supaya meramaikan perbatikan di Garut, siapa yang mau memajukan (ya) harus dari kita dulu," ungkap Barnas, usai kunjungannya ke Kampung Batik Paledang pada Selasa (30/01/2024).
Selain itu, Barnas juga menekankan bahwa kualitas merupakan hal yang utama, bukan harga. Meski begitu, ia juga menyoroti perlunya terus berinovasi dalam pengembangan batik Garutan agar dapat diterima oleh konsumen di pasaran.
"Ya Alhamdulillah tadi saya melihat ada batik domba, nanti mungkin ada batik intan, ada batik dodol, ada batik apa, harus terus berinovasi ya bu ya, jadi sehingga menarik lah, bercorak," harapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi, dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Kabupaten Garut, Ridwan Effendi, juga menegaskan komitmen Pemkab Garut dalam mengembangkan potensi unggulan Kabupaten Garut, terutama batik tulis Garutan.
Ridwan menjelaskan bahwa Pemkab Garut secara berkelanjutan akan mendukung pengembangan kerajinan batik tulis Garutan dengan menyediakan sarana-prasarana, pelatihan, hingga sertifikasi profesi keahlian, sehingga para pembatik memiliki standar kompetensi dengan sertifikat resmi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Hal ini diharapkan dapat meningkatkan standar kompetensi para pembatik dan mendorong regenerasi dari generasi lansia ke generasi milenial.
"Berbanding lurus ketika pembatik memiliki sertifikat keahlian, yang bersumber atau yang dikeluarkan dari lembaga resmi yang mengeluarkan, sehingga memiliki bargaining position yang memadai yang bersangkutan," tutur Ridwan.
Tentunya, kehadiran Kampung Batik Paledang menjadi angin segar bagi batik tulis Garutan, entah itu untuk memperkuat branding hingga eksistensi batik tulis Garutan.
Dengan keberadaan Kampung Batik Paledang ini juga menjadi ikon baru bagi Kabupaten Garut, dan bisa menjadi pilihan wisata edukasi bagi masyarakat luar kota yang akan berkunjung ke kota Intan.
"(Harapannya) tentu saja batik Garutan ini bisa sejajar dengan batik-batik tulis yang lainnya, bahkan juga tentu memiliki keunggulan tersendiri, baik di tingkat regional, nasional, bahkan tentu di tingkat internasional," pungkas Ridwan..
-----------------------